Senin, November 12, 2007
Tangis Kedewasaan
Sebagai seorang laki laki, saya dahulu begitu terluka jika mengetahui bahwa diri saya mengeluarkan air mata. Saya pun sudah berusaha sekuat tenaga untuk tidak mengeluarkan air mata jika terjadi sesuatu yang membuat saya sedih atau terluka. Namun ternyata, setelah berjuang bertahun-tahun secara sadar dengan hal ini, hasil yang saya peroleh malah semakin tidak menyenangkan diri saya. Saya masih sering menangis karena hal-hal sepele. Saya pada dasarnya adalah seorang yang sangat cengeng. Ingatan-ingatan saya ketika saya menangispun masih selalu tersimpan rapi di memori saya.
Kemudian lambat laun saya mulai bisa mengatasi hal ini. Ini setidaknya dalam dua tahun terakhir ini. Saya mengatakan bahwa saya bisa mengatasi bukanlah berarti bahwa saya mampu untuk tidak mengeluarkan air mata jika terjadi sesuatu. Bahkan yang terjadi adalah kebalikannya. Dalam satu tahun terakhir ini malahan saya begitu sering berurai air mata. Terutama jika dalam ketermenungan di tengah kesendirian yang diiringi redupnya sinar bulan di malam hari. Sebagai seroang laki-laki saya lebih sering menangis karena hal-hal yang menurut orang mungkin sepele.
Yang saya maksud bisa mengatasi diatas adalah bahwa saya sekarang tidak lagi terluka ketika saya menangis. Saya anggap itu merupakan sesuatu yang wajar dan saya sudah bisa memahami dan berkawan dengan tangisan-tangisan saya. Ketika saya menangis saya tidak lagi berusaha untuk menahan-nahannya atau berusaha agar airmata saya tidak keluar. Saya sekarang membiarkannya mengalir. Biarlah airmata saya mengalir seiring dengan gejolak perasaan yang ada di diri saya. Saya paham bahwa saya diri saya berhak untuk menangis. Saya ngerti bahwa saya perlu menangis.Saya mengerti bahwa saya butuh untuk menangis. Menangis bukanlah hal yang tabu bagi diri saya.
Dengan kesadaran akan pemahaman bahwa menangis adalah hak diri saya, maka sekarang ini, saya tidak lagi menanggung sejenis perasaan bersalah atau lemah atau cengeng ketika saya menangis. Menangis bukanlah bukti seseorang itu cengeng atau lemah. Bukti seseoarang itu cengeng atau lemah adalah ketika seseorang tidak mampu menyelesaikan masalah atau tenggelam dalam permasalahan. Bukti seseorang cengeng menurut saya adalah menyerah tanpa ada kata lawan dari dalam dirinya ketika ia didera suatu problem hidup. Menangis hanyalah persoalan emosionalitas kita. Tetapi cengeng atau lemah adalah persoalan tindakan. Orang bisa saja tidak menangis seumur hidupnya tetapi ia merupakan seseorang yang cengeng karena ia tidak pernah melakukan tindakan atau berusaha menangani permasalahanya. Kita bisa menangis karena sedih, gembira, tertawa, kelilipan, bahkan kita sering menangis hanya karena kita menguap karena kantuk. Oh, tangisku, Oh hidupku.
0 komentar:
Posting Komentar